Namun, Arifin belum bisa mengungkapkan kapan BBM baru ini akan diluncurkan. Meskipun informasi yang beredar menyebutkan bahwa produk ini akan diperkenalkan pada 1 September mendatang, Arifin menanggapi, "Belum tahu," singkatnya.
Ia juga enggan mengkonfirmasi apakah BBM rendah sulfur ini akan disubsidi oleh pemerintah atau dijual secara komersial.
"Kita kan sekarang belum memutuskan seperti apa nih. Tapi bahwa pemerintah berkeinginan untuk menyediakan BBM yang semakin bersih," ucap Plt. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, ketika ditanya mengenai kemungkinan subsidi, dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (30/7/2024).
Dadan menambahkan, meskipun pemerintah berfokus pada penyediaan BBM yang lebih ramah lingkungan, pihaknya akan memastikan suplai BBM baru tersebut tetap terjangkau bagi masyarakat.
"Kalau solar yang sulfurnya sekian, dengan yang 50, dengan yang (sulfurnya) 10. Memang, kan dimana-mana juga akan makin bagus harganya, menyesuaikannya di situ. Jadi ini lagi memastikan itu tuh suplainya kapan siapnya, suplainya sebesar apa, sarananya seperti apa, kemudian daerahnya di mana. Ini lagi dipastikan, termasuk keekonomiannya," jelas Dadan.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Adityawarman, mengungkapkan bahwa BBM baru ini rencananya akan diperkenalkan di tiga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta terlebih dahulu.
"3 SPBU dulu di Jakarta. Ambil dari (kilang) Balongan, kan Balongan udah duluan bisa ultra low sulfur," terang Taufik saat ditemui di Gedung Graha Pertamina, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Taufik menambahkan bahwa KPI sudah siap menghadirkan produk BBM baru ini karena kilang milik Pertamina saat ini sudah mampu memproduksi sebanyak 900 ribu barel per bulan untuk BBM diesel dengan sulfur 50 PPM. Namun, status subsidi untuk BBM jenis baru ini masih menjadi misteri yang menunggu kepastian lebih lanjut dari pemerintah.